Dalam tradisi pernikahan di Indonesia, terdapat dua istilah yang sering kali digunakan secara bergantian, yaitu mahar dan mas kawin. Meski keduanya memiliki kemiripan dalam praktiknya, namun secara historis dan makna, keduanya memiliki perbedaan mahar dan mas kawin yang signifikan. Artikel ini akan membahas sejarah, makna, dan praktik dari mahar dan mas kawin dalam konteks pernikahan di Indonesia.
Sejarah Mahar dan Mas Kawin
Mahar merupakan istilah yang berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti harta atau pemberian yang diberikan oleh mempelai pria kepada mempelai wanita sebagai tanda keseriusan dan penghormatan dalam pernikahan. Mahar menjadi syarat sah dalam pernikahan menurut ajaran Islam dan wajib diberikan oleh calon suami kepada calon istri. Tradisi ini telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan terus berlanjut hingga saat ini.
Mas kawin, di sisi lain, adalah istilah yang lebih umum digunakan dalam masyarakat Indonesia dan lebih bersifat kultural. Mas kawin bisa berupa uang, emas, atau benda berharga lainnya yang diberikan oleh mempelai pria kepada mempelai wanita sebagai simbol komitmen dan tanggung jawab dalam membangun rumah tangga. Istilah mas kawin lebih umum digunakan di kalangan masyarakat Indonesia yang tidak hanya beragama Islam, tetapi juga agama lainnya seperti Kristen, Hindu, dan Buddha.
Makna Mahar dan Mas Kawin
Mahar dalam Islam memiliki makna yang sangat dalam. Selain sebagai syarat sah pernikahan, mahar juga merupakan simbol penghargaan dan penghormatan calon suami kepada calon istri. Mahar menunjukkan keseriusan pria dalam membangun rumah tangga dan memberikan perlindungan serta kesejahteraan kepada istrinya. Besarnya mahar biasanya disepakati oleh kedua belah pihak dengan mempertimbangkan kemampuan dan kesepakatan bersama.
Mas kawin, meski serupa dalam praktiknya, memiliki makna yang lebih bervariasi tergantung pada adat dan budaya setempat. Di beberapa daerah, mas kawin bisa berupa benda-benda tradisional atau pusaka keluarga yang memiliki nilai historis dan simbolik. Mas kawin juga dianggap sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen pria untuk memulai kehidupan baru bersama pasangannya.
Praktik Mahar dan Mas Kawin
Dalam praktiknya, pemberian mahar dalam pernikahan Islam dilakukan pada saat akad nikah. Calon suami akan menyebutkan jumlah dan jenis mahar yang diberikan kepada calon istri di hadapan penghulu atau petugas nikah. Pemberian mahar ini biasanya disertai dengan doa dan ucapan syukur kepada Allah SWT.
Sementara itu, perbedaan mahar dan mas kawin dalam adat Indonesia bisa diberikan pada saat akad nikah atau resepsi pernikahan. Bentuk dan nilai mas kawin biasanya disesuaikan dengan kesepakatan antara kedua belah pihak dan sering kali ditampilkan dalam prosesi adat yang meriah. Beberapa daerah memiliki tradisi unik dalam pemberian mas kawin, seperti menampilkan barang-barang berharga dalam upacara adat yang penuh makna simbolik.
Kesimpulan
Secara umum, perbedaan mahar dan mas kawin memiliki tujuan yang sama, yaitu sebagai simbol komitmen, tanggung jawab, dan penghargaan dalam pernikahan. Namun, mahar lebih bersifat religius dan merupakan syarat sah pernikahan dalam Islam, sementara mas kawin lebih bersifat kultural dan dapat bervariasi tergantung pada adat dan budaya setempat. Meskipun demikian, keduanya memiliki makna yang dalam dan penting dalam membangun fondasi rumah tangga yang harmonis dan penuh cinta.
Apakah Anda sedang mempersiapkan pernikahan dan mencari cincin tunangan yang sempurna? Frank & co. menawarkan koleksi cincin tunangan berlian yang elegan dan berkualitas tinggi. Temukan cincin impian Anda di Frank & co. dan buat momen spesial Anda semakin berkesan!